17 Maret 2009
Lelah Terdalam...
Salah semua terasa begitu
Hari buatkan cerita baru
Tetap tak ada seri teramu untukku
Coba berpegang ikhlas.... tak juga kudapat
Penat..
Terseok telapak tak beralas
Jejak kerikil duri....... luka
Tinggalkan ceceran merahnya
Sudah lah aku tak lagi peduli
Susut sudah separuh nyawa
Ada apa dengan mereka
Mengapa seoalah usik lelah di sela tanya
Orang orang terdahulu
Bahkan kisah yang baru
Benar tak ada ingin ku tahu
Biarkan aku berhenti..sesaat
Tarik penggalan sisa nafas
Lelah mengukung jiwa tak tentu
Tak ingin kisah mereka dia kau bahkan aku....
Sudah aku benar lelah
Sungguh
Tak ingin berkisah
Lagi.........
12 Maret 2009
Patah
Entah angin apa yang membawa
Hempaskan rapuh kecilnya aku
Sekuatnya bertahan amukan tak bersahabat
Terjatuh juga...
Aku tak mau menyerah...
Sungguh ku ingin raih indahnya
Bayang maya disebrang sana
Apa ini..nyeri menjalar perih
Tidak..
Sayap ku patah kini
Tergugu berlindung meringkuk di lubang pohon tumbang
Bukan tangisi sakit di luka ini
Yang kutangisi hanya perjalanan hati
Angan yang kini kurasa hampa mati
Akankah aku sampai padanya
Bagaimana bisa
Sayap ku patahlah sudah...........
08 Maret 2009
Rindu salju digurun
sungguh tanpa rindumu
aku gontai dalam lelah
seakan tersesat dalam arah
menapaki perjalanan berkabut
sendiri,
di dunia yang asing
terasing
di hiruk nan bising
terkunci
di bisu yang mencekam
entah
sudah berapa jauh jarak
antara kita
lelah menghitung
tak kuat memangkas
rentang jarak kian menjauh
luluh
dalam dahaga meronta
kering segala rasa
diam- diam aku mendoa
hanya doa
untukmu........bahagialah......
Satu perjalanan lagi
03 Maret 2009
Debu kaca
detak jam masih menunggu
antara tepi dinding bisu
dimana,
hatimu pernah mengintip
antara jendela
debu kaca
masih meninggalkan bekas
tersembunyi disamar lampion
kaca yang buram
hitam bayang
bekas luka menempel
lelah dulu ku melambaimu
tak terlihat
tiba-tiba kau ada
bersembunyi di bilik sepiku
ku peluk tubuhmu
hatimu masih diluar sana
02 Maret 2009
kembara sunyi
Pernah jiwaku mengembara,
Pada dataran sempit bebukitan di sepi kalbu menggurun mu
Dimana kegersangan hatimu kau riuhkan tawa
Dimana sepi tandusmu kau ramaikan sajak cinta
Memayungi rindumu yang tumpah berserak di mata air tangisan
Memendam laramu dalam-dalam di hati terdalam
Menutup rapat-rapat dahagamu yang menganak sungai
Akan cinta,
Akan rindu yang terpasung,
Bahkan pada kembara yang lelah ini pun tak bergeming
Bahkan kau tutup rapat hati dari yang terpilih
Bukankah rasa ini kian menyiksa kita
Akankah semua mengunci selamanya
Hanya ada anakan sungai lagu asmara -
mengalir agung menuju lautan gelora
seperti senandung riak sungai yang bercerita
Pejamkan mata,
Kudengar lagu membahana asmara
Senja Pelamunan
Di senja pelamunan kau singgah
Untaikan mimpi yang tak jenggah teradu
Realita….
Menampikku..
Dengan acuh setajam sembilu
Rejamkan serat jiwa
Serakkan mozaik hati nan lantah
Andai kau disana
Mengintip hatiku yang terkatub
Mungkin berkarat..
Dengan dinding tak terketuk
Sedang garis senja selaksa
Membelah semesta
Mengganti asa dengan legamnya duga
Dan diammu
Patahkan cinta malaikat
Yang tak teraba..
Terbaca…
Kasihmu…
Maniz, 8 Januari 2009
Untaikan mimpi yang tak jenggah teradu
Realita….
Menampikku..
Dengan acuh setajam sembilu
Rejamkan serat jiwa
Serakkan mozaik hati nan lantah
Andai kau disana
Mengintip hatiku yang terkatub
Mungkin berkarat..
Dengan dinding tak terketuk
Sedang garis senja selaksa
Membelah semesta
Mengganti asa dengan legamnya duga
Dan diammu
Patahkan cinta malaikat
Yang tak teraba..
Terbaca…
Kasihmu…
Maniz, 8 Januari 2009
01 Maret 2009
Malam yang sama..
Malam yang sama..
Tatkala gerhana ukirkan separoh jiwa
Bingkai kegelapan..
Yang bermuara di dadaku yang kian kelam
Terendam kegalauan..
Malam yang sama
Tatkala tangis seindah harpa
Mengejawantah jadi mantra-mantra lara
Yang terlafaldz dari bibir terbasuh
Dan bersampul senyum tak berpeluh
Malam yang sama
Kala aku dan gerhana
Bergumul dalam prahara..
Tatkala gerhana ukirkan separoh jiwa
Bingkai kegelapan..
Yang bermuara di dadaku yang kian kelam
Terendam kegalauan..
Malam yang sama
Tatkala tangis seindah harpa
Mengejawantah jadi mantra-mantra lara
Yang terlafaldz dari bibir terbasuh
Dan bersampul senyum tak berpeluh
Malam yang sama
Kala aku dan gerhana
Bergumul dalam prahara..
Kumpul hati.
Runyam malamku,
Bahkan sebungkus rokok tak cukup
Menemani pikirku yang menderu
Di detak jam yang tak tertahan melintas
Di sayap malam yang melaju pekat
Sunyi pun tak mampu mengukung khayalku
Seperti senyap yang tak bisa memasung kelana jiwa
Seolah mendengar bisik-bisik hati
Selalu ku mengunyah lamunan tak henti
Limbung hariku,
Dalam bisu gerutu menggumpal kata
Di diam mengumpat jerit
Bahkan bunyi degup jantung ini
Masih selalu ingatkan,
derap langkahmu yang pergi
KH - 030309 C@I
Langganan:
Postingan (Atom)